Rabu, 23 Maret 2011

KERUSAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA SANGAT PARAH

Indonesia sangat rentan terhadap ancaman perubahan iklim. Sayangnya, banyak pihak yang masih belum menyadari hal itu. Bahkan kondisi lingkungan di sekitar pun masih belum dipedulikan.

Hari Lingkungan Hidup Dunia (World Environment Day/WED) yang diperingati setiap tanggal 5 Juni, menjadi momentum yang tepat untuk mengingatkan kembali betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkugan hidup. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai arti penting lingkungan hidup, Agung Wredho mewawancarai Menteri Lingkungan Hidup yang juga Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar, pada tanggal 3 juni 2009 lalu. Berikut nukilannya.

Apa arti penting WED bagi Indonesia?

Hari Lingkungan Hidup Dunia merupakan suatu periode untuk menyegarkan kembali kepedulian kita terhadap lingkungan. Kita sering kali terlena tidak memikirkan lingkungan karena berbagai aktivitas harian hingga tidak lagi mengetahui bahwa alam sudah mengalami kerusakan cukup berat.

Mengapa dalam peringatan WED tahun ini mengambil tema “Bersama Menyelamatkan Bumi dari Perubahan Iklim”?

Saat ini, isu perubahan iklim menjadi pembicaraan hangat di dunia internasional. Perubahan iklim juga menjadi tema besar yang diangkat United Nations Environment Program (UNEP) untuk memperingati WED. Artinya, perubahan iklim menjadi fenomena yang perlu diperhatikan bersama mengingat dampaknya yang sangat besar bagi masa depan Bumi ini.

Seberapa besar dampak perubahan iklim bagi Indonesia?

Indonesia merupakan negara yang sangat rentan terhadap ancaman perubahan iklim. Bahkan, tingkat kerentanannya saat ini sudah sangat akut. Karena kerusakan lingkungan seperti hutan, lahan, dan air di Indonesia sudah dikategorikan sangat parah. Walaupun sekarang ini kita bekerja keras memperbaiki lingkungan yang telah rusak, dalam dua dekade pun akan sulit untuk mengembalikan kondisi lingkungan Indonesia seperti pada era ‘70-an.

Wilayah mana saja yang dikategorikan sangat rawan kerusakan?

Pulau Jawa, sebab pulau itu merupakan pusatnya kegiatan industri yang menimbulkan berbagai macam pencemaran lingkungan.

Kondisi lingkungan di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya, saat ini sangat memprihatinkan. Sebab alih fungsi di dua kota tersebut selama ini terkesan sembarangan. Penghijauan di dua kota metropolitan itu sangat minim hingga kualitas airnya sangat buruk.

Perubahan iklim dapat menyebabkan pola cuaca akan berubah secara ekstrem. Dampaknya, ketika musim hujan di kota-kota seperti Jakarta dan Surabaya akan rentan mengalami bencana banjir. Sedangkan pada musim kemarau, air sulit untuk didapatkan. Hal itu sudah mulai kita rasakan bersama.

Apa langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengerem laju perubahan iklim di Indonesia?

Pemerintah memunyai target mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai akar permasalahan. Sepuluh tahun mendatang, kita harus menurunkan emisi paling tidak 17 – 20 persen dari emisi yang dihasilkan sekarang.

Sedangkan pada 2050, harus menurunkan emisi 50 persen.
Memang target tersebut masih sangat jauh dari ketetapan konvensi PBB mengenai perubahan iklim (UNFCCC) terhadap negara-negara industri maju. Pada 2020, negara-negara industri maju harus menurunkan emisi sebesar 30-40 persen dari emisi yang dihasilkan oleh mereka sekarang ini. Sedangkan pada 2050 sebesar 80 persen.

Target yang ingin kita capai itu mendapat persetujuan UNFCCC. Mengingat Indonesia sebagai negara berkembang yang masih memerlukan aktivitas industrialisasi dan meningkatkan kapasitas energi kita.
Apa pula program pemerintah untuk mencapai target tersebut?
Pemerintah memiliki program rekayasa desain energi mix yang ramah lingkungan untuk memenuhi bahan bakar industri.

Energi tersebut dapat digali dari berbagai potensi yang telah dimiliki Indonesia. Misalnya, energi panas bumi yang selama ini baru digunakan lima persen. Tujuannya mengurangi secara drastis penggunaan bahan bakar fosil.

Mengapa program tersebut terkesan baru dilaksanakan saat dampak perubahan iklim itu sudah terasa seperti sekarang ini?

Selama ini, kita masih belum menggunakan potensi berbagai alternatif energi nonfosil, karena masih dimanjakan ketersediaan berlimpah minyak bumi. Tapi hal itu tidak mungkin bisa diharapkan lagi untuk memenuhi energi pada masa depan. Oleh sebab itu, kita tidak boleh lagi hanya bergantung pada minyak bumi.

Lalu, apa program yang ditujukan untuk meningkatkan kepedulian lingkungan?
Pemerintah hanya dapat mengimbau masyarakat secara konsisten untuk menghemat dari berbagai sisi. Misalnya hemat energi untuk memenuhi keperluhan sehari-hari di rumah. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan lampu dan peralatan elektronik seperlunya.

Selain itu, pemerintah juga hanya dapat memberikan fasilitas agar masyarakat lebih ramah terhadap lingkungan di sekitarnya. Misalnya, dengan menyediakan tong sampah organik dan nonorganik di tempat umum. Pemerintah juga berusaha memberikan fasilitas untuk mengolah sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat.

Tidak hanya itu, untuk mendorong masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya, pemerintah akan memberikan insentif. Insentif itu akan diberikan kepada mereka yang secara nyata telah menunjukan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.

Selama ini, apa yang menjadi kendala untuk melaksanakan program tersebut?

Masyarakat yang telanjur boros dalam menggunakan energi merupakan kendala yang sulit untuk diatasi dalam menekan laju perubahan iklim. Selain itu, kita sering kali terlambat mengantisipasi kerusakan lingkungan yang ternyata berdampak besar mempercepat laju perubahan iklim.

Berapa anggaran yang dibutuhkan pemerintah untuk menjalankan program-program penanggulangan perubahan iklim?

Dana berasal dari APBN yang dilimpahkan pada setiap lembaga pemerintah. Untuk menangkal laju perubahan iklim tidak hanya tugas Kementerian Lingkungan Hidup saja, tapi tanggung jawab semua. Sumber pendanaan juga berasal dari luar negeri. Berapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk memulihkan lingkungan yang telah rusak di Indonesia tentunya sangat banyak.

Bagaimana pula rencana penarikan pajak lingkungan kepada masyarakat?

Sebenarnya yang wajib membayar pajak lingkungan adalah siapa saja yang merusak. Bagi mereka yang tidak merusak lingkungan tidak akan mungkin ditarik pajak. Mekanisme penarikannya masih dalam pembahasan lebih lanjut.

Apa imbauan Anda selaku Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim?

Untuk menekan laju perubahan iklim dapat kita mulai dari hal terkecil. Misalnya, dengan menghemat berbagai macam kebutuhan sehari-hari, mulai dari pola makan, minum, penggunaan air, dan energi listrik. Masyarakat juga bisa mengurangi emisi gas karbon secara signifikan dengan cara menggunakan kendaraan umum ketika bepergian.

Bagi mereka yang terpaksa harus menggunakan kendaraan pribadi, maka apabila membeli mobil atau motor pilihlah kendaraan yang mesinnya memiliki kapasitas tidak terlalu besar. Dengan demikian kita bersama dapat mengurangi 20 persen emisi karbon yang berasal dari alat transportasi.

(Sumber: Koran Jakarta - 05 Juni 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar